Selamat Datang

Selamat datang di Jamuherbacure artikel. Di sini anda bisa membaca berbagai macam artikel yang berhubungan dengan kesehatan dan pengobatan secara alami
Silahkan memasukkan kata kunci anda ke dalam kolom search blog diatas untuk mencari artikel yang anda inginkan.

Pilot Kamikaze itu Bernama Antioksidan


Dari luar, tubuh kita kelihatannya aman sentosa. Pasti tak ada yang menyangka, di dalamnya ternyata mirip kawasan Teluk Persia, selalu berkecamuk pertempuran. Salah satunya, perang abadi antara radikal bebas si perusak sel melawan antioksidan sang pahlawan. Bagaimana caranya membantu antioksidan memenangkan perang.

Antioksidan kerap diibaratkan sebagai pilot pesawat tempur Jepang yang melakukan aksi kamikaze dengan menabrak kapal induk Amerika Serikat do Pearl Harbor dalam Perang Dunia II. Ia memang suka melakukan “aksi bunuh diri” dengan “menabrak musuh” yang dinamakan radikal bebas. Dengan cara itu, radikal bebas yang semula liar berubah menjadi jinak, sehingga tidak membahayakan tubuh.
Radikal bebas sendiri, jika menang perang, berpotensi menonaktifkan berbagai enzim, mengoksidasi lemak, dan mengganggu DNA (deoxyribonucleic acid) tubuh. Berbagai kebiasaan seperti merokok, mengonsumsi alcohol, diet tinggi lemak, pancaran sinar matahari, dan polusi udara berpotensi menambah jumlah tentara radikal bebas. Sebaliknya, kebiasaan makan yang sehat dpat menambah kuat pasukan antioksidan.

Merampok electron
Tak mudah menjelaskan jalannya perang antara radikal bebas dan antioksidan. Kalau digambarkan secara sederhana, kira-kira begini. Di dalam tubuh, senyawa oksigen lazimnya memiliki empat pasang electron, namun dalam perjalanannya, metabolisme tubuh, sengaja maupun tidak sengaja, bisa saja merampas electron oksigen itu. Saat kecopetan itulah si senyawa berganti baju menjadi radikal bebas.
Sialnya, untuk menomboki kehilangan tadi, radikal bebas mencuri electron apa saja saat berpapasan “di jalan” secara membabi buta. Proses perampasan electron oleh radikal bebas itu otomatis membentuk radikal bebas baru, timbullah rantai radikal bebas. Tak puas merampok, radikal bebas juga merusak membrane sel, menimbulkan celah yang bisa dimasuki beragam benih penyakit.
Merajalelanya radikal bebas secara umum memang membuat perlindungan tubuh menjadi lemah. Radikal bebas juga menyebabkan menempelnya kolesterol “jahat” di dinding pembuluh arteri, sehingga menyebabkan pengerasan dinding arteri dan pada akhirnya menganggu kinerja jantung. Sedangkan perusakan DNA berakibat terjadinya mutasi sel, yang merupakan awal datangnya penyakit kanker.
Untuk mengatasi serbuan radikal bebas itulah antioksidan dilahirkan, sejatinya, ia secara alami selalu ada di dalam tubuh. Namun, jumlah radikal bebas yang gentayangan kadang melebihi jumlah antioksidan, sehingga perlu bantuan dari luar.
Karena memilki susunan yang khas, antioksidan dapat menyumbang electron kepada radikal bebas, tanpa terganggu sama sekali. Dengan begitu, antioksidan memutuskan reaksi berantai radikal bebas. Setiap hari, tak kurang dari 10.000 serangan radikal bebas menyasar tubuh, itu sebabnya kita butuh banyak cadangan pasukan kamikaze, agar sepak terjang sang radikal tak semakin merajarela.
Caranya? Tentu saja dengan mengetahui asal-usul dan proses pembentukan antioksidan itu sendiri, seperti disebut dimuka, sebenarnya antioksidan sudah tersedia secara alami di dalam tubuh. Mereka datang dalam jumlah yang hampir tak terbatas, lewat pelbagai produk makanan, buah-buahan, sayur-sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan, hewan, mikroba, sampai minuman the.
Setaipa kali mengasup makanan atau bahan makanan yang kaya antioksidan, cikal bakal pasukan kamikaze itu pun ikut masuk ke dalam aliran darah. Setelah itu, mereka berkeliling ke seluruh tubuh, berdampingan dengan molekul-molekul sehat. Dengan begitu banyaknya sumber makanan mengandung antioksidan, mestinya tak ada alasan tubuh kekurangan pahlawan pelenyap radikal bebas. Syaratnya, mengonsumsi dan menerapkan pola makan sehat.

Sebatang 20 mg
Pertanyaannya, di asupan mana antioksidan banyak terdapat ? para ahli nutrisi lazimnya mengelompokkan antioksidan ke dalam tiga bagian yakni vitamin C, vitamin E, dan beta karoten.
Vitamin C diketahui bekerja bagaikan armada perang angkatan laut, karena ia menghasilkan antioksidan yang khusus berjuang di larutan tubuh, secara teratur, molekul vitamin C berpatroli di dalam cairan tubuh, menangkap radikal bebas, baik di dalam aliran darah (darah juga mengandung air) maupun di dalam cairan yang ada di dalam tubuh, seperti cairan di dalam paru-paru, sampai ketempat - tempat sulit, seperti cairan di sekitar bola mata.
Vitamin C gampang ditemukan pada buah-buahan tropis seperti jeruk, apel, papaya, sirsak, anggur, melon serta sayur-sayuran macam paprika, brokololi, buncis, dan bayam. Vitamin ini bekerja dengan memblokir radikal bebas serta membunuhnya sebelum antioksidan lain dating. Di samping itu, efeknya yang menarik perhatian para ahli akhir-akhir ini adalah kemampuannya mencegah efek penuaan, sehingga menjadi temuan penting dalam industri kecantikan.
Para ahli yang meneliti manfaat mengkonsumsi vitamin C, pada suatu kelompok masyarakat menemukan hasil positif. Penelitian di lakukan pada 11.349 penduduk usia 25 – 74 tahun dengan masa pemantauan selama 10 tahun. Hasilnya menunjukkan, pada mereka yang menerima asupan vitamin C dalam jumlah tinggi, atau sekitar 300 mg setiap harinya, baik dari makanan maupun suplemen, tingkat kematian lantaran penyakit jantung sangat rendah dibandingkan dengan kelompok yang mengasup vitamin C dalam kadar rendah.
“Penelitia-penelitian lain menunjukkan hasil yang sama,” kata James Enstrom, Ph.D,. dari Universitas California seperti kebanyakan antiok-sidan, vitamin C juga dikenal secara luas sebagai pelindung terhadap penyakit kanker, khususnya penyakit kanker lambung. Sebuah penelitian di tujuh Negara selama 25 tahun menunjukkan, mereka yang menerima asupan vitamin C minimal 150 mg per hari, angka kematian akibat kanker lambungnya sangat rendah.
Menurut Robert R, Jenkins, Ph.D., aupan vitamin C, sebaiknya lebih dari 60 mg per hari, tapi jangan sampai melebihi 1.000 mg per hari. Kalau dikonsumsi terlalu banyak, dikhawatirkan dapat mempengaruhi atau merusak nutrient lain di dalam tubuh. Peneliti lainnya menyarankan mengasup 500 mg vitamin C (dua kali sehari) untuk mempertahankan level optimal kebutuhan antioksidan. “Sebaiknya datang dari makanan,” jelas si peneliti, dr. Ordman.
Yang menarik, untuk perokok ternyata dibutuhkan tambahan vitamin C, lebih kurang 20 mg untuk menghancurkan radikal bebas yang dihasilkan satu batang rokok. Hitung sendiri kalau dalam sehari Anda menghabiskan satu bungkus rokok, berapa milligram asupan vitamin C yang harus masuk ke dalam badan!.

Bersatu kita teguh
Jika vitamin C lebih banyak berpatroli di perairan, maka vitamin E (dikenal dengan nama tokoferol) berperang dengan radikal bebas di bagian tubuh yang mengandung lemak. Vitamin E terutama melindungi tubuh terhadap penyakit jantung. Hasil penelitian menunjukkan, vitamin E yang larut di dalam lemak memegang peran kunci dalam mencegah oksidasi serta menempelnya kolesterol “jahat” di dinding pembuluh arteri.
Sebuah studi di Universitas New York juga menunjukkan, wanita yang menerima asupan vitamin E cukup besar lebih kecil kemungkinannya terserang penyakit kanker ketimbang mereka yang hanya sedikit mengonsumsi vitamin E. asupan vitamin E terdapat pada sejumlah bahan makanan, salah satunya pada biji bunga matahari (kwaci).
Vitamin ini juga penting buat kesehatan pria. Menurut data, lebih dari 50% pria berlatar belakang penyakit diabetes mengalami kesulitan ereksi. Hal ini terjadi karena radikal bebas merusak arteri yang menyuplai darah menuju penis. Para peneliti mengajurkan para pria yang bermasalah dengan ereksi itu mengasup vitamin E secukupnya, agar darah mengalir lebih baik menuju penis.
Menurut dr. Ordman, walau pun kinerja vitamin E cukup baik, kombinasi dengan vitamin C akan memberi nilai lebih, jika vitamin E teroksidasi oleh radikal bebas, vitamin C akan datang dan meregenerasi vitamin E sehingga bisa bekerja kembali.
Selain vitamin C dan vitamin E, beta karoten yang pigmennya berwarna merah juga memegang peranan penting dalam memerangi radikal bebas. Beta karoten dapat dipercaya dapat menurunkan risiko penyakit jantung dan kanker, dewasa ini makin banyak ahli kesehatan yang meneliti lebih jauh peranan beta karoten sebagai antioksidan, sehingga di masa yang akan datang, reputasinya diperkirakan bakal meningkat pesat.
Para ahli menyakini, makanan mengandung beta karoten yang berasal dari alam, jauh lebih berkhasiat ketimbang yang sudah dikemas dalam bentuk suplemen. Sampai saat ini, belum ada ahli yang mengetahui secara pasti peyebab perbedaan khasiat itu. Namun, sebagian mereka menduga, penyebabnya adalah beta karoten alami memilki 500 sibling (saudara) secara kolektif.
Lycopene adalah karotenoid yang dijumpai pada tomat yang kekuatan antioksidannya lebih perkasa, terutama dalam mencegah penyakit kanker. Pada uji laboratorium, terbukti lycopene bekerja dengan sangat baik dalam menghalangi pertumbuhan beberapa jenis penyakit kanker.
Vitamin C, vitamin E, dan beta karoten merupakan cikal bakal antioksidan, pasukan khusus kamikaze pelindung tubuh. Sendiri-sendiri terbukti ketiganya mampu mengurangi risiko yang ditimbulkan radikal bebas. Namun, para ahli setuju, antioksidan akan bekerja lebih efektif jika vitamin C, vitamin E, dan beta karoten bekerja dalam sebuah kelompok.
Sebuah penelitian di Skotlandia memberi satu kelompok (terdiri atas 50 orang) secara rutin pil mengadung 25 mg beta karotenoid, 100 mg vitamin C, dan 400 IU vitamin E, sedangkan kelompok lain (juga terdiri atas 50 orang) diberi pil yang tidak mengandung antioksidan. Dalam waktu 20 minggu, terlihat mereka yang mengonsumsi antioksidan mengalami kerusakan darah putih hanya dua pertiga dibandingkan dengan kelompok yang tidak mengasup antioksidan.
Pasukan kamikaze, tampaknya tahu, pada titik tertentu, tiga sumber kekuatan antioksidan perlu bersatu dalam menggempur musuh. Meski keputusan akhir tetap ada di tangan sang pemilik badan, mau berpihak pada radikal bebas dengan memelihara gaya hidup tak sehat, atau berpihak pada antioksidan, dengan mengonsumsi bahan-bahan makanan kaya antioksidan. ■

SUMBER : INTISARI / OKTOBER 2004 NO. 495
HAL : 150
PENULIS : Ir. Ardiyanto Pranata, MP, di Yogyakarta