Selamat Datang

Selamat datang di Jamuherbacure artikel. Di sini anda bisa membaca berbagai macam artikel yang berhubungan dengan kesehatan dan pengobatan secara alami
Silahkan memasukkan kata kunci anda ke dalam kolom search blog diatas untuk mencari artikel yang anda inginkan.

Lemak Membuat Hati Meradang

Gangguan di hati ini tidak setenar penyakit hepatitis A, B, dan C. Kemunculannya perlahan dan tanpa gejala. Biasanya disebabkan oleh asupan lemak atau konsumsi alkohol berlebihan, Jika tak ditangani secara tepat, bisa berlanjut menjadi sirosis.
Hati kita ini merupakan organ tubuh yang paling besar dan berat pula tugasnya. Setiap saat ia harus menyaring racun-racun yang masuk ke tubuh melalui konsumsi makanan, zat yang dihirup atau diserap permukaan kulit kita. Selain melakukan detoksifikasi, hati juga berfungsi membentuk faktor pembekuan darah, menyediakan enzim untuk kebutuhan metabolisme, dan fungsi hormonal.
Supaya racun tak menumpuk di tubuh, tentu saja hati harus dipelihara sehingga bisa bekerja dengan optimal. "Nah, dalam menjaga kesehatan hati ini, yang penting dilakukan selain mencegah terjadinya hepatitis adalah mencegah perlemakan hati atau fatty liver," ungkap Dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PD-KGEH, konsultan gastro-enterolog hepatologi dari FKUI/RSCM.

Akumulasi Trigliserida
Jika hepatitis A, B, C disebabkan virus, gangguan perlemakan hati lebih diakibatkan oleh gaya hidup yang tidak sehat. Konsumsi makanan berlemak dan berkarbohidrat tinggi yang terlalu sering bisa menimbulkan perlemakan hati. "Gaya hidup itu berakibat pada terjadinya timbunan lemak pada sel-sel hati," ujarnya. Kebiasaan mengonsumsi alkohol, kondisi obesitas atau kelebihan berat badan juga bisa memicu perlemakan hati. Perlemakan hati sebetulnya merupakan akumulasi trigliserida dan jenis lemak lain di dalam sel hati. Apabila perlemakan hati ini disertai radang atau bahkan terjadi kematian sel hati, dalam istilah medis disebut NASH (non-alcoholic steato-hepatitis). Perlemakan hati yang tidak disertai radang umumnya lebih ringan dibanding NASH. Sebaliknya NASH dapat berkembang pada terbentuknya jaringan parut (fibrosis) pada hati. Dan ini bisa berakhir pada sirosis atau pengerasan hati, bahkan kanker hati. Perlemakan hati menduduki tiga peringkat utama penyebab sirosis. Bila hati sudah mengeras, tentu tidak dapat menjalankan fungsinya secara normal. Perlemakan hati biasanya tanpa gejala, dan orang baru tahu setelah menjalani tes kesehatan. Kerusakan yang diakibatkannya dan berjalan tahunan atau bahkan puluhan tahun juga bisa tanpa tanda-tanda. Ketika kondisi memburuk, pasien bisa merasa letih, berat badan merosot, tidak nyaman di perut, lemah, dan pening.

Hidup Sehat
Orang yang kegemukan atau tinggi kadar trigliserida, memiliki kecenderungan tinggi untuk mengalami perlemakan hati. Sebuah studi menunjukkan, 20-40 persen orang yang mengalami kelebihan berat badan akan mengalami NASH. Juga terjadi pada diabetesi (pengidap diabetes) yang tidak tekun mengontrol penyakitnya pada orang yang bobot tubuhnya melorot drastis atau mengalami malanutrisi, dan pada wanita yang menggunakan hormon estrogen. Namun, tanpa kondisi tersebut pun kita bisa kena. Dokter bisa memperkirakan adanya perlemakan hati melalui tes darah atau jika tampak adanya pembesaran hati. Pada pemeriksaan laboratorium misalnya menunjukkan kelainan fungsi hati (SG07 dan SGPT). Untuk memastikannya mungkin dokter akan menyarankan pemeriksaan darah lebih lanjut, ultrasound, CT-scan, atau MRI. Untuk makin memastikan apakah itu NASH, harus dilakukan pengambilan jaringan hati melalui biopsi. Pengobatan terbaik bagi kondisi ini adalah meninggalkan hal-hal yang bisa menjadi penyebab. Faktanya memang pada orang kegemukan, perlemakan di hati akan berkurang ketika berat badannya berkurang. Pada pengguna alkohol, kadar lemak di hati berkurang jika ia berhenti "minum". Kontrol diabetes secara baik melalui pengaturan makan atau insulin juga akan mengurangi jumlah lemak di hati. Seperti dipesankan Dr. Ari, yang penting dilakukan adalah mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat, sesegera mungkin. Selain menghindari makanan tinggi lemak dan kolesterol, penderita yang kegemukan harus menurunkan berat badan. Jangan lupa pula untuk berolahraga teratur dan cukup istirahat yang berkualitas.

Sumber: Senior

Kanker Kolon, Yang Muda Bisa Kena

Jenis kanker ini termasuk jarang dibicarakan, padahal penderitanya tidak sedikit, Ketika tiga pekan lalu terdengar kabar wafatnya musisi Dodo Zakaria akibat kanker usus besar (kolon) ini, ingatan kita akan bahayanya seperti dibuka lebar-lebar. Diberitakan bahwa baru tiga bulan lalu Dodo didiagnosis terkena kanker usus yang sudah masuk stadium empat. Ini artinya sel-sel kankernya sudah menyebar ke organ tubuh yang lain. Jelas sudah sangat telat karena perjalanan kanker kolon sebetulnya tergolong lambat. Mungkin selama ini ia tak merasakan gejala atau tidak mengenali indikasi yang sebetulnya ia alami. "Perubahan kebiasaan buang air besar, misalnya kadang encer, kadang keras, kadang sembelit atau diare, bisa menjadi pertanda adanya kanker kolon," ungkap Dr. Adil Pasaribu Sp.B.KBD, dokter spesialis bedah kanker dari RS Pluit, Jakarta.Ketiga TerbesarPada pria, tambahnya, kanker ini menduduki peringkat terbesar ketiga setelah kanker prostat dan paru-paru. Sementara pada wanita posisinya di bawah kanker payudara dan leher rahim (serviks). Di Indonesia maupun dunia, kasus terbanyak dijumpai pada usia 50 tahun ke atas, tetapi banyak juga diderita orang muda. Buktinya, Dodo Zakaria masih berusia 47 tahun saat tutup usia akibat kanker ini. Ditambahkan Dr. Adil, tumbuhnya sel secara tidak normal pada kolon atau rektum dapat disingkirkan lewat operasi sebelum mewujud menjadi kanker, misalnya masih dalam bentuk polip prakanker yang umum ditemui pada awal munculnya penyakit ini. Makin dini polip ini ditemukan, peluang selamat atau hidup pun makin tinggi. "Karena itu, sebaiknya mereka yang berusia 50 tahun lebih atau yang berisiko perlu menjalani skrining sejak awal," katanya. Di Amerika Serikat, sekitar 112 ribu orang didiagnosis kanker kolon setiap tahunnya. Kebanyakan kasus itu diawali oleh adanya polip. Kalau polip ini disertai keluhan lain seperti perut kram atau nyeri dan kembung, lalu terjadi perubahan buang air besar, misalnya berdarah, bisa mengarah pada kanker kolon. Pemeriksaan yang umum berlaku dalam proses deteksi dini antara lain pemeriksaan fisik dengan mencolok dubur (dilakukan setiap tahun pada usia di atas 50 tahun), pemeriksaan laboratorium untuk melihat penanda tumor, dan pemeriksaan kolonoskopi (dilakukan setiap 3-5 tahun sekali pada pria dan wanita di atas usia 50 tahun). Kolonoskopi adalah memasukkan pipa lentur yang dilengkapi kamera dan jarum biopsi. Foto rontgen juga bisa dilakukan dengan lebih dulu memasukkan barium ke dalam usus besar melalui anus.Perlu KolostomiTerapi untuk kanker kolon tergantung pada tahap penyakitnya. Secara umum terapi itu meliputi kemoterapi untuk membunuh sel-sel kanker, operasi untuk mengangkat sel-sel kanker, dan terapi radiasi untuk merusak jaringan kanker.Kalau kanker ketahuan lebih cepat dan masih dalam tahap dini, tentu terapi akan memberikan hasil yang baik. Contohnya, cukup dengan operasi dan tidak perlu dikemoterapi. Namun, jika kanker ini terjadi di dekat anus, kadang perlu dilakukan kolostomi (pembuatan lubang pada dinding perut sebagai tempat pengeluaran tinja dari kolon). Jika masih stadium 0 (baru muncul pada lapisan dalam pencernaan) mungkin masih bisa diobati melalui operasi pengangkatan sel-sel kanker, seringkali dengan kolonoskopi. Untuk stadium 1 (sel kanker pada lapisan dalam kolon) sampai 3 (sel kanker sudah menyebar pada getah bening), dilakukan operasi untuk mengangkat bagian kolon yang digerogoti kanker. Pasien stadium 3 seringkali harus menjalani kemoterapi setelah operasi untuk meningkatkan peluang kesembuhan. Kemoterapi juga dibutuhkan pasien kanker kolon stadium 4 (sel kanker sudah menyebar ke organ lain). Jika kanker sudah menyebar ke organ lain, misalnya lever, bisa diperlukan terapi lain untuk mengatasi gangguan pada lever. Selain kemoterapi atau radiasi, mungkin perlu pengangkatan kankernya pada lever, terapi panas (ablation) atau beku (krioterapi). Harapan hidup bagi pasien kanker kolon tergantung pada banyak hal, termasuk tahap penyakitnya. Apabila kankernya diketahui selagi masih stadium dini, lebih dari 90 persen pasien bisa bertahan hidup setidaknya selama lima tahun setelah didiagnosis penyakitnya. Sayangnya, hanya sekitar 40 persen kasus kanker kolon yang didiagnosis saat masih dini. Jika kankernya sudah menyebar, tentu harapan hidup 5 tahun itu akan menurun. Namun, sebetulnya banyak kasus kanker kolon stadium 1-3 yang bisa disembuhkan.

Sumber: Senior